Kegiatan Latihan Menjadi Seorang Pembawa Katekese dengan Penerapan Metode Kontekstual

Kegiatan Latihan Menjadi Seorang Pembawa Katekese dengan Penerapan Metode Kontekstual- Selain memiliki kompetensi pedagogik dan profesional, mahasiswa calon guru sekolah dasar harus memiliki kompetensi sosial. Salah satu komptetensi sosial yang penting dimiliki ketika sudah lulus dari program studi PGSD adalah mereka bisa menjadi guru yang peduli dengan lingkungan masyarakatnya termasuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan-kegiatan Pastoral Gereja di Keuskupan masing-masing. Salah satu kegiatan gereja yang rutin dilakukan di lingkungan mereka adalah katekese.

Seperti dikutip dari http://www.imankatolik.or.id, kata katekese berasal dari kata catechein (kt. Kerja) dan catechesis (kt. Benda). Akar katanya adalah kat dan echo. Kat artinya keluar, ke arah luas dan echo artinya gema/gaung. Berarti makna profan dari katekese adalah suatu gema yang diperdengarkan/disampaikan ke arah luas/keluar. Gema dapat terjadi jika ada suara yang penuh dengan keyakinan dan gema tidak pernah berhenti pada satu arah, maka katekese juga harus dilakukan dengan penuh keyakinan dan tidak pernah berhenti pada satu arah.

Dosen Pengasuh Mata Kuliah Aurelius Fredimento, S.Fil., M.Th mengatakan bahwa:  Kegiatan Ini sangat penting buat mahasiswa PGSD sebagai salah satu bentuk persiapan dan bekal untuk mahasiswa agar ketika terjun dalam medan pengabdian mereka mampu menjadi fasilitator dalam aneka kegiatan pastoral Gereja di Keuskupan masing-masing.

Foto by AFM doc

Kegiatan Latihan Menjadi Seorang Pembawa Katekese Dengan Penerapan Metode Kontekstual ini dilaksanakan pada tanggal 10 April-25 Juni 2019 bertempat di  Aula Paroki Persiapan St. Marinus Puurere. Para peserta pelatihan adalah Mahasiswa Semester IV yang Program Mata Kuliah Pendidikan Agama di SD didukung oleh Mahasiswa Semester II. Pastor Paroki Sangat Mendukung Kegiatan Ini

Kegiatan ini menggunakan metode kontekstual. Alasannya adalah bahwa karya pewartaan Kerajaan Allah untuk Gereja Katolik saat ini harus ikut berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Metode pewartaanpun harus di kemas secara kontekstual sehingga nilai nilai kerajaan Allah sungguh terinternalisasi dalam diri umat. 

Untuk mendukung terlebih dahulu mahassiwa di berikan pemahaman konseptual dan teoretis tentang katekese umat sebagai media pewartaan. Setelah mendengar dan memgerti konsep teoretis, mahasiswa dilatih menyusun bahan katekese sederhana. Langkah terakhir adalah praktek membawakan katekese. Dan ternyata hasilnya luar biasa. Mahasiswa mampu menyusun bahan katekese dengan tema ditentukan oleh mereka sendiri.  Dari proses yang terjadi di jumpai beberapa kelebihan yang di tampilkan mahasiswa ketika menjadi seorang fasilitator. Kelemahan yang di jumpai adalah kempuan publik speaking belum terlalu memadai.

Post a Comment for "Kegiatan Latihan Menjadi Seorang Pembawa Katekese dengan Penerapan Metode Kontekstual "