Inovasi Pembelajaran Matematika Berbasis Budaya


Inovasi Pembelajaran Matematika Berbasis Budaya - Inovasi Pembelajaran Matematika Berbasis Budaya merupakan Tema yang diusung dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika yang dislenggarakan oleh Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Flores Ende pada Hari ini Sabtu, 24 Maret 2018.

Seminar ini menghadirkan Pembicara Utama Prof. Dr. Marsigit, MA dari Universitas Negeri Yogyakarta dan dihadiri oleh 300 san Peserta. Prof. Marsigit merupakan Ahli Filsafat matematika dari UNY yang juga sering meneliti tentang PMRI, lesson study serta Etnomatematika.
https://solusimatikasd.blogspot.co.id/2018/03/inovasi-pembelajaran-matematika.html
Foto: Latar Acara SENPIKA Pmat Uniflor (Sumber: dokumen pribadi)

Seminar ini dibuka dengan resmi oleh Dekan FKIP Universitas Flores, Drs. Yosef Tomy Roe, MA. Dalam Sambutannya, Dekan FKIP mengatakan bahwa matematika merupakan salah satu ilmu eksata yang membosankan menurut mereka yang tidak memiliki bakat matematika. Tetapi perlu disadari bahwa matemaika masih disenangi oleh banyak orang.

Menurutnya, tema yang diusung dalam seminar ini menyadarkan kita bahwa bahwa perlu adanya perubahan mindset guru untuk mengggunakan pembelajaran inovatif sehingga menghasilkan peserta didik yang kreatif. Inovasi ini terutama pentingnya Integrasi budaya bangsa dalam pembelajaran matematika dapat tercermin melalui kurikulum dan pembelajaran matematika itu sendiri.


Selanjutnya, Ketua Panitia Seminar, Juwita Merdja, S.Si., M.Pd dalam sambutannya mengatakan bahwa dunia pendidikan terus berkembang  dan dinamis serta kenyataan lain menunjukan bahwa semangat untuk mecintai dan mengimplementasikan nilai budaya di kalangan siswa mulai menurun seiring kemajuan ipteks.

Hal ini ditunjukkkan dengan adanya realitas dimana terjadi berbagai perilaku menyimpang di kalangan pelajar dan semakin jauhnya pelajar dari nilai-nilai kearifan lokal.  Atas dasar inilah makan panitia merasa perlu untuk mengambil tema seminar ini. 

Pemakalah Utama, Prof. Dr. Marsigit, MA dalam makalahnya berjudul "Pendidikan Matematika Berbasis Budaya" memaparkan bahwa inovasi Pendidikan Matematika mengikuti Fenomena hermenitik yaitu mengalir maju berkelanjutan sesuai dengan garis linear dan siklik sesuai dengan narasi besar dunia dan narasi kontekstual budaya setempat.

Narasi besar dunia memberikan prinsip-prinsip umum sebagai patokan dan arah pengembangan pendidikan matematika, sedangkan narasi lokal genius memberi makna kontekstual terhadap substansi matematika.

Pendidikan matematika berbasis budaya mendasarkan pendidikan kepada kesadaran akan adanya bermacam-macam matematika sebagai hasil kreasi manusia, dimana hidup dan kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari konteks budaya. Budaya adalah hasil karya atau produk peradaban suatu masyarakat tertentu yang bersifat laten, valid dan berkembang.

Selain pemakalah utama, terdapat 30an pemakalah paralel yang menyajikan hasil penelitian dan kajian dalam pendidikan matematika. Tercatat, pemakalah paralel berasal dari berbagai Perguruan Tinggi di Indonesia.