Cara Mengajarkan Fakta-Fakta Dasar Penjumlahan pada Anak-Anak

Cara Mengajarkan Fakta-Fakta Dasar Penjumlahan pada Anak-Anak- Berdasarkan pengamatan dan pengalaman, para orangtua tentu akan sangat senang dan bahagia jika anak anak mereka dapat membilang atau mengingat fakta-fakta operasi bilangan cacah sederhana. Namun kadang-kadang para orangtua terlalu memaksakan anak untuk mengingat fakta dasar operasi tertentu tanpa memulai dari hal-hal yang sederhana yang dikenal anak dalam keseharian mereka.

Kemampuan penguasaan fakta-fakta dasar penjumlahan mutlak dimiliki oleh semua orang. Untuk mengarungi kehidupan, kemampuan matematik sederhana misalnya penjumlahan baik bilangan-bilangan kecil maupun bilangan besar harus dimiliki semua orang. Saat ini, sudah banyak alat bantu hitung yang mampu membantu manusia memecahkan masalah. Namun, penguasaan konsep penjumlahan menjadi sesuatu yang penting dan penguasaan fakta-fakta dasarnya terutama untuk anak-anak yang akan mempelajari matematika.

Anak-anak sejak  usia Taman Kanak-Kanak (TK) mulai mengenal penjumlahan dimulai dari pengenalan bilangan bilangan kecil 1-9. Anak-anak usia ini mulai belajar operasi penjumlahan dengan membangun pengetahuan dan minat mereka tentang bilangan dengan  merepresentasikan bilangan-bilangan tersebut dan menyusunnya. Anak-anak dapat mengeksplorasi makna penjumlahan ketika mereka bergabung dengan kelompok anak anak saat bermain atau menggabungkan sekumpulan atau sejumlah balok-balok mainan atau manik-manik.( Banyak Mainan anak -anak yang dapat membantu anak belajar matematika. Saya sarankan untuk membaca artikel: 5 Kegunaan Mainan Sebagai Alat Bantu Belajar) dan Matematika Apa yang Dipelajari dan Kelak akan dipelajari Anak dari Permainan Jungkat Jungkit ?. Sebagai contohnya misalnya, tiga anak bertemu dengan empat anak yang lain, atau lima balok merah dihubungkan bersama dengan tiga balok warna biru. Dalam kasus seperti itu, anak-anak biasanya memulai dengan menghitung jumlah untuk setiap penambah, menggabungkan objek, dan menghitung gabungan dari kelompok yang dihasilkan untuk menemukan berapa banyak keseluruhan dari obyek yang mereka gabungkan.

Gambar: Anak-Anak Sedang Bermain Balok (Sumber: http://nakita.grid.id)

Anak-anak juga belajar bahwa penjumlahan dapat direpresentasikan dengan meningkatkan kuantitas satu kelompok objek — misalnya, suatu tautan balok mainan yang berjumlah dua balok ditambahkan ke tautan lain yang berisi empat buah balok. Meningkatnya satu kuantitas akan membawa anak-anak pada gagasan berhitung untuk menemukan jumlahnya. Beberapa anak perlu banyak berlatih keterampilan operasi penjumlahan dengan mainan-mainan balok atau mainan lain seperti dijelaskan di atas. Dengan lebih banyak kegiatan melatih keterampilan anak seperti ini. Anak-anak yang lain mungkin diminta untuk menceritakan jumlah anggota kelompok awal dan kemudian mereka diminta untuk berpikir bagaimana menggandakan anggota kelompok mereka. Selain itu, pengalaman anak menambahkan secangkir air ke dalam wadah yang sebelumnya telah dituangkan beberapa cangkir dapat membantu anak-anak mengingat fakta dasar penjumlahan karena anak-anak harus mengingat berapa banyak cangkir air yang sudah ada di dalam wadah dan kemudian menghitung dengan mengatakan misalnya : 3 cangkir air dalam wadah tambah 1 cangkir air lagi, jadi total 4 cangkir yang sudah dituangkan dalam wadah.

Dengan cara seperti ini, anak anak belajar kosakata matematika (misalnya, tambah lagi) dan simbol (+) untuk operasi penjumlahan. Ketika mereka melakukan dan mendiskusikan situasi terkait penjumlahan, anak-anak menggunakan kata kata seperti semuanya berapa ?, berapa banyak?, total, dan jumlah. Anak-anak diperkenalkan dengan tanda tambah (+) dan tanda sama dengan (=) saat mereka mencatat hasil pemodelan dari penjumlahan. Anak-anak mulai menulis kalimat dalam bentuk angka angka, seperti 3 + 1 = 4, untuk memodelkan  situasi dengan benda-benda konkrit (manipulatif fisik). Menulis kalimat matematika dalam bentuk horizontal merupakan situasi yang wajar bagi anak-anak karena mereka telah terbiasa dengan menulis kata-kata dan kalimat dimulai dari kiri ke kanan.

Setelah anak-anak terbiasa dengan menulis kalimat matematika dalam bentuk mendatar seperti layaknya mereka menulis, anak-anak perlu diberikan pengalaman untuk menulis kalimat matematika situasi penjumlahan dalam bentuk vertikal dengan material manipulatif agar mereka dapat menulis kalimat matematika penjumlahan dengan cara yang lebih efisien jika bilangan-bilangan yang akan ditambahkan terdiri dari banyak angka.

Setelah anak-anak mengembangkan beberapa gagasan tentang makna dan proses penjumlahan, mereka mulai belajar strategi untuk operasi penjumlahan. Mereka diminta  untuk menambahkan satu atau dua angka nol sampai delapan. Proses ini diperkuat dengan latihan menghitung dan penggunaan garis bilangan. Anak-anak juga memodelkan “penjumlahan berulang” (mis., 1 +1, 2 + 2, 3 + 3, 4 + 4, dan 5 + 5), proses penjumlahan  yang mudah bagi banyak anak untuk mengingat faka penjumlahan ini pada memori mereka. Selanjutnya, dengan  pemodelan, anak-anak mengeksplorasi penambahan bilangan nol ke pada bilangan yang lain. Beberapa anak mungkin akan dapat dengan cepat menggeneralisasi atau mengambil kesimpulan bahwa  setiap bilangan jika ditambah dengan nol akan menghasilkan bilangan itu sendiri.

Menggunakan benda-benda konkret (manupilatif fisik) dapat meningkatkan kepercayaan diri anak-anak dalam mengeksplorasi strategi operasi penjumlahan. Dengan banyaknya latihan menggunakan manipulatif dapat membantu anak-anak melakukan penjumlahan dan menjawab dengan cepat beberapa fakta dasar penjumlahan dan mereka akan mengingat fakta-fakta dasar penjumlahan dalam memori mereka. (Pembaca dapat membaca tulisan lain dalam blog ini: Mengapa Perlu Penggunaan Material Manipulatif dalam Pembelajaran Matematika ?)

Setelah penggunaan benda-benda konkrit atau material manipulatif fisik, pada akhirnya, anak-anak dapat menggunakan model gambar yang sedikit lebih abstrak.