Tahapan Program Pendidikan Karakter Kontekstual Wahana Visi Indonesia - Wahana Visi Indonesia –ADP Sikka berkomitmen untuk terlibat aktif dalam mewujudkan pendidikan yang lebih baik bagi anak-anak di Sikka, juga berkontribusi positif untuk mengembalikan anak-anak Sikka menemukan identitas mereka sebagai orang Sikka yang mempunyai kepribadian dengan nilai-nilai luhur warisan leluhur seperti saling menghormati, musyawarah untuk mufakat, kebersamaan, kerja keras, dan lain-lain nilai juang di dalam kehidupan. Tentunya perlu ada kerjasama yang harus dibangun dalam mewujudkan mimpi ini, sehingga WVI melakukan komunikasi intensif dengan para mitra seperti Dinas PPO Kab. Sikka, Komdik Keuskupan Maumere, Sanpukat, konsultan pendidikan TRUE dan DED, juga bahkan pemda Provinsi NTT terlibat aktif untuk mewujudkan pendidikan karakter yang kontekstual di Kabupaten Sikka. Strategi yang disepakati dengan pihak mitra adalah WVI ADP Sikka akan melakukan pendampingan kepada 6 sekolah contoh yang diterletak di kecamatan Nita, Lela dan Doreng. Diharapkan selama/setelah pendampingan terjadi, apabila dianggap berhasil maka mitra lainnya seperti Dinas PPO dan keuskupan akan mereplikasi ke sekolah lainnya. Salah satu yang dikembangkan adalah spirit Kulababong. Kerangka proses program pendidikan Karakter yang Kontekstual dengan spirit ini memunyai 8 tahapan:
Tahap 1: membangun kemitraan
Pada tahap 1, kajian-kajian bersama mitra dilakukan secara intensif. Menemukan bersama permasalahan dan pembagian peran masing-masing untuk mencapai tujuan dari program.
Tahap 2: Assessment potensi lokal
Pada tahap 2, dilakukan kajian awal (rapid assessment) tentang masalah dan penggalian potensi untuk pengembangan Pendidikan Karakter yang Kontekstual. Pada tahap ini, Action Research dilakukan untuk menggali latar belakang dari program ini dilakukan, termasuk menemukan bahasa bersama dengan berbagai pihak tentang program pendidikan ini. Salah satunya adalah kata Kulababong yang muncul workshop penggalian potensi budaya Sikka. Action research meneliti sejauh apa Kulababong memberikan makna terhadap perubahan pendidikan di Kabupaten Sikka. Sehingga pada akhirnya melalui Action Research, kulababong ditentukan sebagai Spirit atau semangat bersama yang mencerminkan sifat-sifat yang seharusnya ada pada saat Kulababong dilakukan.
Tahap 3: peningkatan kapasitas
Pada tahap 3, peningkatan kapasitas dilakukan kepada guru, mitra, komite sekolah dan orangtua atau masyarakat di desa tempat sekolah berdiri. Peningkatan kapasitas ini kerjasama dengan konsultan ekternal yaitu TRUE dan DED. Masing-masing konsultan memiliki metode yang variatif dan diharapkan dapat meningkatkan metode pembelajaran yang diterapkan guru-guru di kelas. Action Research berperan untuk menemukan permasalahan-permasalahan di sekolah melalui FGD dengan tenaga pendidik dan anak-anak didik, juga kepada tokoh-tokoh masyarakat bagaimana mereka juga dapat berperan dalam mewujudkan sekolah yang menerapkan budaya sebagai materi ajar dan penanaman nilai-nilai positif yang diwariskan leluhur di Kabupaten Sikka. Action Research melakukan penelitian tentang kearifan lokal yang ada di Sikka sehingga hasil penelitian ini menjadi bank budaya (berupa dokumen) yang dengan mudah diakses oleh para guru sebagai media/bahan ajar di sekolah. Kesuksesan pada tahap 2 ini, khususnya peningkatan kapasitas guru disekolah, maka akan melahirkan modul-modul pembelajaran di kelas.
Tahap 4: Pengembangan Modul
Modul yang dikembangkan adalah modul-modul yang dihasilkan oleh guru-guru selama proses pendampingan peningkatan kapasitas dilakukan. Sehingga modul-modul ini memang hasil karya guru sendiri, dan mudah untuk mereka mempraktekkannya di sekolah baik didalam kelas atau diluar kelas. Action Research menelaah tentang modul yang ada dan melakukan eksplorasi langsung kepada anak dan orangtua untuk menemukan sejauh apa modul-modul tersebut sesuai dengan tingkat kemampuan dan alur berfikir anak, juga sejauh apa dapat memberikan manfaat kepada orangtua saat mendampingi anak belajar di rumah.
Tahap 5: Promosi dan Advokasi
Pada tahap ini, bentuk promosi dan advokasi yang dilakukan melalui pertunjukan atau pameran hasil karya baik langsung melihat di sekolah atau melalui hasil dokumentasi lainnya. Mitra mengambil peran kunci dimana apabila dianggap sekolah contoh yang didampingi oleh ADP yaitu 6 sekolah sudah berhasil menunjukkan bukti-bukti nyata sesuai dengan output program pendidikan karakter yang kontekstual, mitra akan melakukan upaya-upaya replikasi. Action Research akan menelusuri strategi replikasi yang memang efektif baik dari sudut pandang dana, sumber daya manusia, dan juga waktu yang dibutuhkan. Bahkan diharapkan dapat menemukan kerangka berfikir yang konkrit sampai program pendidikan karakter kontekstual ini akan diadopsi sampai ke level provinsi atau nasional
Tahap 6: Formulasi Master Teacher
Pada tahap 6, master teacher berasal dari para guru-guru yang didampingi selama program. Akan ditemukan guru-guru yang memang mempunyai kompetensi sebagai fasilitator. Master teacher bukan hanya sebagai fasilitator terhadap sekolahnya bahkan untuk peningkatan kapasitas guru-guru di sekolah lainnya. Master teacher juga akan berfungsi sebagai motivator kepada para guru-guru untuk terus menyalakan panggilan mulia untuk memperbaiki kehidupan anak.
Tahap 7: Membangun kemitraan legal formal – perluasan model
Pada tahap ini, sasarannya pada kebijakan berupa perda atau surat keputusan dari pemangku kepentingan tertinggi untuk mengesahkan sekolah contoh tersebut menjadi model untuk replikasi di sekolah lainnya.
Tahap 8: Monitoring dan Dokumentasi
Pada tahap ini, Action research akan membantu menemukan tools/instrumen untuk melakukan refleksi dan aksi. Proses refleksi dilakukan secara periodik dan ditemukan gambaran pencapaian keberhasilan pada anak, masyarakat dan pemerintah. Hal ini untuk memudahkan ADP dan mitra melihat progress program dan menemukan solusi terhadap permasalahan-permasalahan yang muncul pada saat program berjalan.
Tahap 1: membangun kemitraan
Pada tahap 1, kajian-kajian bersama mitra dilakukan secara intensif. Menemukan bersama permasalahan dan pembagian peran masing-masing untuk mencapai tujuan dari program.
Tahap 2: Assessment potensi lokal
Pada tahap 2, dilakukan kajian awal (rapid assessment) tentang masalah dan penggalian potensi untuk pengembangan Pendidikan Karakter yang Kontekstual. Pada tahap ini, Action Research dilakukan untuk menggali latar belakang dari program ini dilakukan, termasuk menemukan bahasa bersama dengan berbagai pihak tentang program pendidikan ini. Salah satunya adalah kata Kulababong yang muncul workshop penggalian potensi budaya Sikka. Action research meneliti sejauh apa Kulababong memberikan makna terhadap perubahan pendidikan di Kabupaten Sikka. Sehingga pada akhirnya melalui Action Research, kulababong ditentukan sebagai Spirit atau semangat bersama yang mencerminkan sifat-sifat yang seharusnya ada pada saat Kulababong dilakukan.
Tahap 3: peningkatan kapasitas
Pada tahap 3, peningkatan kapasitas dilakukan kepada guru, mitra, komite sekolah dan orangtua atau masyarakat di desa tempat sekolah berdiri. Peningkatan kapasitas ini kerjasama dengan konsultan ekternal yaitu TRUE dan DED. Masing-masing konsultan memiliki metode yang variatif dan diharapkan dapat meningkatkan metode pembelajaran yang diterapkan guru-guru di kelas. Action Research berperan untuk menemukan permasalahan-permasalahan di sekolah melalui FGD dengan tenaga pendidik dan anak-anak didik, juga kepada tokoh-tokoh masyarakat bagaimana mereka juga dapat berperan dalam mewujudkan sekolah yang menerapkan budaya sebagai materi ajar dan penanaman nilai-nilai positif yang diwariskan leluhur di Kabupaten Sikka. Action Research melakukan penelitian tentang kearifan lokal yang ada di Sikka sehingga hasil penelitian ini menjadi bank budaya (berupa dokumen) yang dengan mudah diakses oleh para guru sebagai media/bahan ajar di sekolah. Kesuksesan pada tahap 2 ini, khususnya peningkatan kapasitas guru disekolah, maka akan melahirkan modul-modul pembelajaran di kelas.
Tahap 4: Pengembangan Modul
Modul yang dikembangkan adalah modul-modul yang dihasilkan oleh guru-guru selama proses pendampingan peningkatan kapasitas dilakukan. Sehingga modul-modul ini memang hasil karya guru sendiri, dan mudah untuk mereka mempraktekkannya di sekolah baik didalam kelas atau diluar kelas. Action Research menelaah tentang modul yang ada dan melakukan eksplorasi langsung kepada anak dan orangtua untuk menemukan sejauh apa modul-modul tersebut sesuai dengan tingkat kemampuan dan alur berfikir anak, juga sejauh apa dapat memberikan manfaat kepada orangtua saat mendampingi anak belajar di rumah.
Tahap 5: Promosi dan Advokasi
Pada tahap ini, bentuk promosi dan advokasi yang dilakukan melalui pertunjukan atau pameran hasil karya baik langsung melihat di sekolah atau melalui hasil dokumentasi lainnya. Mitra mengambil peran kunci dimana apabila dianggap sekolah contoh yang didampingi oleh ADP yaitu 6 sekolah sudah berhasil menunjukkan bukti-bukti nyata sesuai dengan output program pendidikan karakter yang kontekstual, mitra akan melakukan upaya-upaya replikasi. Action Research akan menelusuri strategi replikasi yang memang efektif baik dari sudut pandang dana, sumber daya manusia, dan juga waktu yang dibutuhkan. Bahkan diharapkan dapat menemukan kerangka berfikir yang konkrit sampai program pendidikan karakter kontekstual ini akan diadopsi sampai ke level provinsi atau nasional
Tahap 6: Formulasi Master Teacher
Pada tahap 6, master teacher berasal dari para guru-guru yang didampingi selama program. Akan ditemukan guru-guru yang memang mempunyai kompetensi sebagai fasilitator. Master teacher bukan hanya sebagai fasilitator terhadap sekolahnya bahkan untuk peningkatan kapasitas guru-guru di sekolah lainnya. Master teacher juga akan berfungsi sebagai motivator kepada para guru-guru untuk terus menyalakan panggilan mulia untuk memperbaiki kehidupan anak.
Tahap 7: Membangun kemitraan legal formal – perluasan model
Pada tahap ini, sasarannya pada kebijakan berupa perda atau surat keputusan dari pemangku kepentingan tertinggi untuk mengesahkan sekolah contoh tersebut menjadi model untuk replikasi di sekolah lainnya.
Tahap 8: Monitoring dan Dokumentasi
Pada tahap ini, Action research akan membantu menemukan tools/instrumen untuk melakukan refleksi dan aksi. Proses refleksi dilakukan secara periodik dan ditemukan gambaran pencapaian keberhasilan pada anak, masyarakat dan pemerintah. Hal ini untuk memudahkan ADP dan mitra melihat progress program dan menemukan solusi terhadap permasalahan-permasalahan yang muncul pada saat program berjalan.
Dikutip dari tulisan Mbak Debora Dapamerang yang dikirim untuk Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dasar Prodi PGSD Uniflor.
Post a Comment for "Tahapan Program Pendidikan Karakter Kontekstual Wahana Visi Indonesia"