Ada Pengabaian Proses Pemerolehan Pengetahuan Matematika di Sekolah Dasar - Tulisan ini berangkat dari sebuah pengalaman mengajar matematika pada kelas kelas calon guru sekolah dasar. Pengalaman yang menegaskan bahwa instrumental understanding (pemahaman instrumental) masih masif ditekankan dalam pembelajaran matematika mulai tingkat sekolah dasar sampai tingkat sekolah menengah sehingga melekat dalam skema perserta didik secara berkelanjutan. Bagaimana tidak, yang justru diingat oleh siswa (sekarang mahasiswa) adalah seperti sebuah"jembatan keledai" untuk dapat menyelesaikan sebuah soal matematika. Apakah ini menyedihkan ? Menyedihkan memang mengingat ini terjadi pada calon guru yang nanti seharusnya tidak mempraktikan jembatan tetek bengek ini ketika mengajar. Ini problem serius dan malah menjadi semacam lelucon. Menggelikan sekaligus memprihatinan.
Ceritanya seperti ini:
Kami memulai pembahasan tentang bilangan bulat di sekolah dasar. Ini adalah konten mata kuliah matematika sekolah dasar pada program studi PGSD. Mata kuliah ini, selain membahas conten knowledge, juga membahas teknologi dan pedagogi pembelajaran matematika di SD. Singkatnya TPCK-lah buat mempersiapkan segala sesuatu agar mahasiswa bisa mempraktikan pembelajaran matematika SD secara baik. Ada soal bilangan bulat namun ada soal cerita bilangan bulat yang kalau dimodelkan dalam matematika formal sebagai 2000-5x =1500. Mahasiswa saya menyelesaikan soal ini dengan benar seperti -5x =1500-2000 atau -5x = -500 atau 5x=500 atau x=100.
Sebagai salah satu orang yang menekankan proses dalam perkuliahan, saya tidak begitu mendewakan hasil akhir. Bagi saya guru harus memiliki pemahaman relasional, sebuah kemampuan menghubungkan berbagai pengetahuan matematika. Saya punya sebuah nazar bahwa saya harus bisa membuat mahasiswa saya kelak tidak menjadi "guru tukang sapu" (guru yang mau jadi tukang sapu menggantinkan tukang sapu asalkan si tukang sapu mau menggantikan dirinya mengajar). Jadi saya (S) bertanya terkait proses manipulasi aljabar di atas pada mahasiswa (M). Dialognya, kurang lebih seperti ini:
S: M, itu mengapa 2000-5x =1500 kok kamu rubah jadi -5x =1500-2000.M: Itu pak, 2000 pindah ruas ke sebelah kanan jadi tandanya dirubah jadi minus (maksudnya 2000 dirubah jadi -2000).S: Iya, mata saya masih normal kok saya melihat ada perubahan itu, maksud saya adalah kenapa jadi begitu ?M: Pokoknya kalau pindah ruas tandanya berubah pak!S: Oh ya gitu !M: iya pak!S: Coba diingat-ingat dulu guru SMP bilang apa kalau selesaikan soal seperti itu!M: Bilangnya begitu pak, pokoknya pindah ruas tandanya diubah.S: Oh ya ? punya kaki ya si 2000 sampai bisa pindah dan loncat-loncat seperti itu ?Hahahaha....S: Ok, baik. Bagaimana dengan yang -5x = -500 ? kok berubah jadi 5x=500 ?M: karena ruas kiri dan kanan tandanya sama makanya tanda negatifnya dicoret pak?S: (Ngakak....)
Mahasiswa saya sangat percaya diri dengan alasan yang diberikan. Tidak ada keraguan sedikitpun ketika menjawab pertanyaan saya. Dialog ini menunjukkan bahwa mahasiswa ini (dari beberapa tes termasuk memperoleh nilai tes yang baik) memiliki pemahaman instrumental yang diwariskan dari generasi ke generasi. Lebai ah...maksud saya pemahaman instrumental dari guru sekolahnya dulu. Ini sangat berbahaya, tetapi karena kuliah siang saya menanggapinya dengan guyonan..... Jujur diakui dan memang banyak penelitian membenarkan hal itu bahwa banyak masalah yang terjadi dalam pembelajaran matematika di sekolah.
Saya tidak ingin kelak dia akan mengatakan hal yang sama ketika ditanyakan sama siswanya kelak: Itu yang dikatakan dosen saya dulu ! Daripada nanti kesalahan ini dianggap diturunkan dari saya ya saya jelaskan bagaimana menyelesaikan persamaan linear satu variabel. Trus saya berpesan......: "saya sudah menjelaskan hal ini lho...jangan ya nanti saya yang disalahkan". Ya...mereka dan saya tidak akan pernah tahu kelak siswa mereka akan menanyakan hal seperti itu. Kesimpulannya: Ada Pengabaian Proses Pemerolehan Pengetahuan Matematika di Sekolah Dasar.
Post a Comment for "Ada Pengabaian Proses Pemerolehan Pengetahuan Matematika di Sekolah Dasar"